Ketika kami melakukan pengabdian kepada masyarakat di daerah binaan tentang penyuluhan kesehatan kepada setiap individu dalam rumah keluarga, maka selalu membutuhkan teknik, media, bahasa yang unik tidak general namun sesuai budaya keluarga itu sendiri baru dapat mengubah atau meningkatkan pemahaman mereka terhadap topik yang kita sampaikan. Protokol kesehatan, panduan pencegahan penunalaran Covid-19 telah diciptakan dengan bagus, namun apakah mampu sampai mengubah perilaku individu? Belum tentu! Perlu media, bahasa dan teknik yang khusus baru dapat dimengerti hingga mampu mengubah perilaku setiap individu yang diedukasi.
Virus Corona sangat kecil, berukuran 400-500 mikrometer dan tak dapat dilihat secara kasat mata namun sangat berbahaya bagi kehidupan manusia bahkan berdampak hebat bagaikan kejutan tsunami yang mengguncang dunia. Negara yang sedang berkembang hingga negara maju diguncang secara dahsyat. Bagaimana tanggapan umat manusia? Berbagai ragam reaksi secara individu, keluarga bahkan secara nasional menghiasi situasi yang kita saksikan setiap hari melalui berita bahkan langsung melihat individu-ndividu yang berpulang ke akhirat dengan sangat cepat.
Sekarang ini, setiap hari bertambah jumlah masyarakat terinfeksi virus Corona, walaupun ada juga yang sembuh. Bagaimana menghadapinya? Kita mengetahui suatu statement yang bekata: “Mencegah lebih baik dari pada menangani”. Statement ini benar. Mencegah terinfeksi virus Corona lebih baik dari pada menanganinya.
Cara pencegahan sudah dibahas dengan baik, protokol kesehatan dikeluarkan baik oleh WHO maupun para menteri kesehatan setiap negara, pemerintah daerah dan lain lain. Namun bagaimana hasilnya? Kompas.TV tanggal 6 Agustus 2020 Pk 08:25 WIB menyampaikan update berita tentang masyarakat yang terinfeksi Virus Corona di Indonesia: Total kasus 118.753 orang, sembuh 75.645 dan meninggal 5.521 orang.
Organisasi dunia maupun nasional masih terus sibuk meneliti, membahas dan berupaya melakukan cara pencegahan, usaha mengatasi, merehabilitasi pasien yang telah sembuh dan menangani jenazah yang wafat akibat virus Corona. Betapa pilu setiap hati keluarga yang ditinggalkan. Ada yang pasrah dan ada yang menjerit, tak rela keluarganya pergi secepat itu hingga penanganan khusus dalam pemakaman jenazah yang tidak biasa bagi mereka.
Bagaimana solusinya? Pembangunan kesadaran setiap individu di masyarakat itu perlu dilakukan secara intens dan berkesinambungan secara terus menerus. Kita harus terus menerus berulang-ulang menginformasikan kepada setiap individu bahwa virus ini berbahaya bagi kesehatan bahkan kehidupan namun dapat dicegah sehingga tidak perlu membahayakan dirinya. Kita sampaikan kepada setiap individu, menurut bahasanya, menurut budaya, menurut pemahamannya hingga mampu mengubah pikirannya terhadap dampak virus ini dan mau mengubah gaya hidupnya untuk mencegah dan menghadapi virus Corona. Berikut adalah alur penyampaian edukasi dari pusat hingga individu-individu dalam keluarga maupun kelompok masyarakat.
Protokol kesehatan yang dibuat pemerintah pusat harus sampai kepada setiap individu melalui alur di atas. Media protokol kesehatan dalam bentuk cetak maupun elektronik seperti leaflet, video dengan gaya yang sangat menarik dan informatif. Kalau perlu dengan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing dengan cara penyampaian melalui budaya yang mudah dipahami masing-masing individu.
Selain melalui keluarga juga melalui kelompok-kelompok seperti kelompok Lansia, Karang Taruna, PKK maupun institusi seperti sekolah, tempat ibadah dan lain lain, sehingga optimal keterjaminan sampainya informasi tersebut secara beruang-ulang dan kontiniu.
Isi materi edukasi meliputi: Gaya hidup dengan keseimbangan terhadap tiga unsur bagi setiap individu, sebagai berikut: Spiritual, individu yang beribadah dan berdoa, merupakan bukti kerendahan hati mengakui bahwa Yang Maha Kuasa berdaulat memberi perlindungan sempurna bagi setiap individu; Jiwa: Rileksasi, tidak tertekan, usahakan gembira dan semangat. Hal ini mampu meningkatkan kualitas imunitas individu; Peningkatan kualitas stamina tubuh melalui: Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang seperti empat sehat lima sempurna; Mengkonsumsi air minum dengan jumlah seimbang antara pengeluaran dan pemasukan. Umumya kita mengeluarkan air secara rutin melalui urin, keringat maupun pengeluaran IWL (insensible water lost) lainnya. Rata-rata pengeluaran air sekitar 2 CC/jam/Kg berat badan. Contoh kalau berat badan seseorang 50 Kg, maka air yg keluar sehari sekitar 2 CC X 24 Jam X 50 Kg= 2.400 CC/hari. Dengan demikian maka pemasukan air ke dalam tubuh kita minimum 2.400 CC per hari. Hal ini pun masih perlu dipertimbangkan terkait dengan jenis aktifitas setiap hari. Apakah banyak mengeluarkan keringat atau tidak. Semakin aktifitas kita mengeluarkan banyak keringat seperti berolah raga main bulu tangkis berbeda kebutuhan air apabila seseorang hanya tinggal di rumah dengan AC dan tidak mengeluarkan keringat. Demikian juga jenis menu makanan yang kita konsumsi berbeda jumlah kebutuhan air ketika kita makan makanan kering seperti kerupuk, gorengan yang membutuhkan air minum lebih banyak dibandingkan ketika kita mengkonsumsi makanan berair seperti rebusan sayuran dan makanan rebusan lainnya; Istirahat yang cukup sesuai kebiasaan setiap individu; Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) mencegah Covid-19 secara umum di masyarakat seperti masker, alat pelindung wajah dan hand sanitizer. Sedangkan secara khusus bagi petugas kesehatan berupa masker khusus, alat pelindung mata, alat pelindung wajah, gaun medis, penutup kepala, sarung tangan medis dan sepatu pelindung kaki; Menjaga jarak antar individu sejauh 1-2 meter; Berjemur sekitar 15-20 menit di bawah sinar matahari pagi antara Pk. 10.00-10.30.
Keberhasilan Indonesia menangani Covid-19 sangat berdampak terhadap peningkatan ekonomi dan bisnis. Masyarakat sehat, maka ekonomi dan bisnis akan kuat
Demikian opini yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi keberhasilan: “Edukasi tentang Gaya Hidup Setiap Individu yang Teradaptasi Kekinian Terkait Pencegahan Covid-19. Sukses untuk Indonesia menangani Covid-19. (Dr. Labora Sitinjak, M. Kep)